Pages

Thursday, December 2, 2010

Sinetron Indonesia vs Drama Korea


Beberapa waktu lalu saya menonton sebuah tayangan infotainment sebuah stasiun televisi swasta nasional. Tayangan itu membahas mengenai kekhawatiran tersingkirnya popularitas sinetron Indonesia dengan merebaknya drama Korea. Saya hanya bisa tertawa sinis mendengarnya. Hah bahkan keduanya, sinetron Indonesia dan drama Korea tidak bisa disandingkan satu dengan lainnya. Tidak ada yang saya remehkan di sini, tapi memang 'kelas' mereka berdua jauh berbeda. Jauh! Jadi seharusnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan.. As always, infotainment selalu berlebihan -> this is called labelling. Hahaha

Pada beberapa scene, ditampilkan wawancara dengan artis-artis sinetron Indonesia yang.. hmm, jujur saja saya tidak terlalu suka dengan mereka. Saya pernah intern sebagai junior feature editor di sebuah majalah lifestyle di Jakarta dan producer assistant di sebuah televisi swasta lokal Jakarta, dan saat itu saya banyak berhubungan dengan artis-artis. Ya salah satunya artis-artis sinetron Indonesia yang kebanyakan memiliki taraf kesombongan seperti artis kelas dunia. Ok, saya tidak akan mulai sarkastik di sini..

Para artis yang terkenal itu mengatakan bahwa kualitas sinetron Indonesia memang masih jauh di bawah kualitas drama Korea, bahwa drama Korea memang sudah go international sedangkan sinetron Indonesia hanya hidup di negeri sendiri, paling jauh hanya ke negeri Jiran, dan terakhir bahwa intinya sebanyak apapun serbuan drama Korea di Indonesia, sinetron masih memiliki ruang di hati penonton Indonesia.

***

Sekarang saya mau tanya. Sinetron mana yang sekarang tidak tayang setiap hari? Sinetron mana yang sekarang tidak memakai sistem stripping? Ada gak sinetron yang tidak kejar tayang? Jawabannya, tentu tidak ada. 

Dulu sekali, sekitar tahun 90-an, sinetron-sinetron di Indonesia hanya tayang seminggu sekali. Dulu sekali, kualitas gambar, kualitas cerita dan kualitas pemain sinetron Indonesia bisa saya acungi jempol. Bagus.. Sangat bagus. Saya suka jalan ceritanya, saya suka angle pengambilan gambarnya, dan pemain yang bermain di dalamnya pun tidak perlu diragukan lagi walaupun wajahnya memang hanya itu-itu saja, tapi setidaknya saya selalu antusias untuk menunggu episode minggu depan.

Sekarang? Sinetron sekarang tayang setiap hari, dengan kualitas cerita yang makin tidak masuk akal dan terlalu dbuat-buat, kualitas angle pengambilan gambar yang mengecewakan karena hanya mengutamakan close-up shot dan sesekali medium shot. Kualitas pemain? Standar. Asal bisa menangis terus menerus, bisa marah-marah terus, bisa bersikap bodoh dan terlalu sabar, dia bisa langsung naik pamor menjadi artis sinetron Indonesia dengan sejuta kesombongannya. Apa sesungguhnya yang disombongkan dengan kualitas akting seperti itu.. Dan yang terpenting, dengan tayang setiap hari, itu sungguh menyita waktu dan menurunkan manajemen waktu seseorang.

Kenapa sinetron Indonesia sekarang harus seperti ini ya? Apa hanya demi mengejar pasar? Bagaimana saya tidak mau men-judge orang Indonesia terlalu money oriented kalau semua alasan terus-menerus hanya 'demi kepentingan pasar'? Pasar = uang kan? Sekarang lihatlah.. Karena terlalu mementingkan modal yang masuk, kualitas dikesampingkan. Si sebuah sinetron, beberapa keluarga dalam sinetron tersebut bisa-bisanya tinggal satu rumah. Memang banyak yang seperti itu di Indonesia, namun saya curiga itu semua taktik untuk menghemat biaya produksi. Salah siapa? Tidak ada yang salah. Semua mau mendapatkan keuntungannya masing-masing. Bisa jadi, makin sedikitnya berita yang menggembirakan di media, semakin sulitnya bertahan hidup di negeri ini, orang Indonesia haus akan hiburan dan dengan sigapnya industri sinetron Indonesia dapat menangkap sinyal itu. Dan voila, kualitas standar kejar tayang sinetron Indonesia yang ternyata sangat sukses di pasaran. Lihat saja jumlah iklan yang tayang di sebuah sinetron.

Bagaimana dengan drama Korea? Saya akui bahwa kualitas mereka sangat bagus. Walaupun jalan ceritanya sebagian besar hanya seputar cinta dan komedi, namun itu sangat menghibur. Jauh dari kesan terlalu tidak masuk akal sebuah sinetron di Indonesia. Contoh, sangat kecil kemungkinan ada dua orang berbeda yang memiliki wajah yang sama kan? Tapi itu masuk akal saja di sinetron Indonesia. Sering orang bilang, 'yahhh namanya juga sinetron, maklum aja'. Saya akan maklum kalau itu bukan sinetron. Masalahnya adalah para pembuat sinetron itu tidak mau tahu apa dampaknya tayangan sinetron bagi penonton. Saya pernah juga waktu itu tidak sengaja menonton infotainment dalam waktu yang berbeda, seorang artis pemeran tokoh antagonis di sebuah sinetron yang ratingnya tinggi, dipukuli sekelompok ibu-ibu karena mereka kesal dengan perawakan si artis di sinetron tersebut. Lihat? Itu hanya satu contoh bagaimana daya tangkap penonton sinetron di Indonesia.

Hanya ada tiga tokoh utama di sinetron Indonesia. Antagonis, melankolis dan tokoh netral yang cenderung plin-plan. Sisanya hanya pemandu sorak untuk meramaikan sinetron. Jahat? Itu kenyataannya.

Tidak ada salahnya kan jika saya berharap suatu saat sinetron Indonesia bisa seperti drama Korea. Siapa tahu nantinya Christian Sugiyono bisa diidolakan di Korea seperti artis drama Korea Lee Min Ho yang begitu digilai di sini. Namun jika kualitas sinetron masih seperti sekarang, saya sungguh tidak tertarik menontonnya. Untuk sesekali menonton tidak apa-apa, namun tidak untuk ditonton setiap harinya. Saya tahu batas untuk mengkonsumsi hiburan. Semua orang memang butuh hiburan, tapi setidaknya para pemilik modal itu paham bahwa sudah saatnya hiburan itu disisipi ilmu yan berguna. Tidak hanya sebatas kejar tayang, artis-artis muda baru yang bening-bening, tapi tanpa memikirkan efeknya bagi para penonton. 

Sinetron Indonesia mungkin tidak akan ditinggalkan karena serbuan drama Korea belakangan ini, mungkin sinetron masih punya ruang di hati penonton, tapi jangan terlalu berbesar kepala karena itu.  
We know we can do much better from that. We all know..



Jatinangor,
y&c

3 comments:

Aprizya said...

udh plg males kl scene-nya cuma nemplokin muka para pemainnya seolah" berada di 1 ruangan yg sama! Hahhaha

Elys Misrohmawati said...

Saya bukan orang yang tahu banyak drama Korea, cuma beberapa drama berlatar belakang sejarah. Saya kagum pada mereka, penulis skenarionya, sutradaranya,`pemainnya, semuanya. Alangkah membahagiakannya jika sinetron Indonesia seperti itu ya.

Teknik Informatika said...

What is the impact of audience captivation on Indonesian soap opera artists, as described in the article?
Visit us Telkom University

Post a Comment