Pages

Tuesday, March 22, 2011

2PM, Eksistensi dan Pengakuan

Saya mendapatkan pengalaman yang sangat berharga hari Sabtu, 19 Maret 2011 lalu. Saya termasuk diantara mereka yang datang ke konser Live & Rockin’ yang diselenggaran BlackBerry, bekerjasama dengan Ismaya Live. Ada sederet artis yang tampil: 2PM (boyband asal Korea Selatan), Shontelle, Taio Cruz dan Suede.

Saya sangat antusias dengan konser ini. Dua artis favorit saya, 2PMdan Suede hadir di sana. Singkat cerita, saya sudah berada di dalam Hall A JIEXPO Kemayoran Jakarta.

****

Artis: 2PM. Segmentasi penonton: ABG (Anak Baru Gede) labil. Antusiasme penonton: sakit jiwa.

Saya tidak menyangka akan sebanyak itu penonton 2PM. Bahkan untuk mengangkat tangan pun sulit. Saya terlalu sibuk untuk menjaga keseimbangan berdiri diantara baunya keringat para ABG cewek itu (saya masih heran kenapa masih muda tapi mereka sudah memiliki bau badan yang menjijikkan). Saya juga terlalu sibuk untuk menyingkirkan tangan yang memegang kamera yang sibuk merekam penampilan 2PM. Pun juga saya sibuk menutup telinga tatkala ada seorang ABG yang berteriak (misalkan) “CHANSUNGGG” tepat di samping telinga saya.

Ada satu fenomena yang menurut saya menarik saat konser ini. Para penonton memang sangat antusias terhadap 2PM, tapi mereka hanya antusias terhadap  2PM untuk menunjukkan pada dunia bahwa mereka menonton 2PM, bahwa mereka ada di acara ini, mereka ingin mengumpulkan bukti tentang eksistensi mereka dalam acara ini. Seketika 2PM muncul di atas panggung, teriakan disertai kilatan cahaya flash dari kamera, entah itu kamera BlackBerry agar bisa langsung mereka tweet atau dari kamera digital agar bisa mereka upload di account Facebook masing-masing. Seketika ribuan ABG labil mengangkat satu tangan mereka, mengarahkan kamera ke 2PM, SIBUK SENDIRI! Mereka berteriak mengelu-elukan 2PM, padahal pikiran mereka melayang, “bagaimana caranya agar foto ini, atau video ini, bisa menjadi bukti otentik kehadiran gw di sini.”

Entahlah mungkin mereka berusia belasan, dan mungkin memang itu fenomena yang biasa terjadi pada anak seumuran mereka. Namun cara mereka menunjukkan eksistensi dirinya sudah di luar batas kewajaran. Teknologi terlalu memanjakan remaja masa kini, teknologi juga yang membuat mereka semakin tergila-gila dengan eksistensi dan pengakuan.

Maaf sebelumnya, namun bagi saya attitude mereka saat menonton 2PM hanya sebuah bentuk pembuktian diri yang cenderung KAMPUNGAN. Mereka tidak tahu kapan menempatkan diri, memposisikan diri, bahkan menghormati orang lain. Rasanya tidak sedikit orang yang mengeluh sama seperti saya.

Saya mulai merasakan akibat negatif dari social media. Social media cenderung membuat orang untuk berlomba-lomba unjuk diri. Sebenarnya itu bagus, tapi jika kemudian ajang unjuk diri itu harus melalui proses yang kurang beretika, itu yang tidak baik. Unjuk diri yang cenderung hanya berembel-embel “ikut-ikutan”, kasarnya “TREND”!

Terlepas dari beberapa fans berat yang memang ingin mengabadikan artis idolanya tampil di panggung, mereka semua hanya ingin menunjukkan eksistensi dan menginginkan pengakuan. Sebenarnya saya pun begitu. Anda dapat membaca dari tweet-tweet saya, tapi itu semua masih dalam batas kewajaran dan tidak merugikan orang lain. Namun jika cara menunjukkan eksistensi dan keinginan pengakuan itu sudah merugikan orang lain, itu sudah tidak baik. Terbukti saat Suede tampil, semuanya berjalan tertib. Penonton sudah mulai dewasa menyikapi. Tidak sedikit yang mengabadikan penampilan Suede, namun tidak juga kemudian merugikan penonton yang lainnya. Apakah itu semua dikarenakan perbedaan umur penonton 2PM dan Suede? Atau karena telah terjadi pergeseran nilai yang tertanam dalam anak remaja generasi masa kini? Saya tidak mau menyalahkan teknologi social media, tapi rasanya para orangtua dan sekolah harus mulai memandang persoalan eksistensi dan pengakuan ini sebagai sesuatu yang perlu ditindaklanjuti. Mari kita lihat bagaimana attitude penonton saat 2PM mengadakan konser tunggal di akhir tahun ini di Indonesia.

 

Jatinangor,

y&c

0 comments:

Post a Comment