Pages

Thursday, April 1, 2010

The Prayer

Perkenalkan. Nama saya Jaya Amangkurat. Saya adalah putera mahkota Kerajaan Polpot yang terletak di bagian Selatan Lautan Teduh.
Tapi itu 400 tahun yang lalu. Kerajaan Polpot sudah hancur dan musnah ditelan monster laut raksasa. Tingginya ribuan hasta dan dia datang bergulung-gulung disertai gemuruh. Dalam waktu yang sangat cepat, dia langsung memorakporandakan kerajaan.
Kerajaan Polpot adalah sebuah kerajaan maritim yang sangat disegani oleh seluruh penghuni Planet Loam. Kekuasaannya tidak terhingga, kekayaan alamnya mampu menghidupi 3 juta generasi keluarga kerajaan.
Sebuah goncangan mengawali datangnya sang monster laut. Goncangan yang datang saat matahari baru saja muncul di ufuk Barat. Matahari terakhir yang dilihat Kerajaan Polpot. Apa salah kerajaan ini sehingga sekarang harus musnah tidak tersisa?

________________
Di langit ketujuh, di sebuah istana emas yang menawan, hiduplah seorang dewa dari segala dewa. Sebutlah dia Sang Mahadewa. Semua yang ada di penjuru alam, tunduk padanya.
Saat itu Mahadewa baru terjaga dari peraduannya..

“Mahadewa!! Mahadewa!! Ini gawat!!” Seorang bidadari tergopoh-gopoh terbang setelah melakukan patroli ke Planet Loam.
“Ada apa Gebi? Apa yang gawat? Saya bahkan belum mendengar doa pertama pagi ini dari penduduk alam saat kau datang mengganggu!”
“Ada seorang raja di Planet Loam yang menganggap dirinya sebagai Mahadewa. Dia sombong dan berniat menguasai satu planet. Dia sedang menyiapkan pasukannya untuk diberangkatkan besok saat matahari baru muncul dari ufuk Barat!”
 
***
Mahadewa terdiam, menunduk kemudian mengerutkan dahinya yang sangat lebar. Dia seperti sedang berpikir..
“Kenapa Kau terdiam Mahadewa? Kita harus segera bertindak!!”
“Heyyy kau mengganggu konsentrasiku! Saya sedang mendengarkan doa-doa rakyat Kerajaan Polpot.”
“Hah? Apakah saya sudah mengatakan nama kerajaan itu kepada Kau, Mahadewa?”
“Tidak perlu kau bilang pun, Saya sudah tahu! Saya Mahadewa! Bahkan kisah yang kau laporkan itu sudah Saya ketahui di mimpi tadi malam.”
***
Mahadewa beralih ke singgasanaNya.
“Gebi, tolong bawa tubuh seorang putra mahkota Kerajaan Polpot bernama Jaya Amangkurat kemari.”
“Untuk apa Mahadewa?”
“Apakah saya perlu menjawab pertanyaanmu? Saya tahu apa yang Saya lakukan. Cepatlah!”
***

Tak lama berselang, muncullah Jaya Amangkurat di hadapan Mahadewa. Tubuhnya  telanjang dan berkeringat karena dia sedang berhubungan seks saat Gebi -sang tangan kanan Mahadewa, membawanya ke langit ketujuh.
“Di.. di.. di mana ini? Sia.. pa kalian??” Jaya tertatih karena ketakutan yang berlebihan.
“Tenang saja, Jaya. Kau aman di sini bersamaKu. Kau akan menjadi saksi hidup kebesaranKu. Selamat datang di langit ketujuh. Saya adalah Mahadewa.” 
Suara Mahadewa yang besar mengguncang seluruh langit ketujuh, menggelegar bagaikan petir di siang bolong.
***
“Saya sudah mati?”
“Bukan. Kau masih hidup. Kau akan segera kuturunkan kembali ke Planet Loam jika urusan kita sudah beres”
“Apa urusan kita?”
“Mengapa ayahmu mau menganggap dirinya adalah Mahadewa? Itu sudah mencurangi hukum alam! Dan saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi.”
“Saya tidak tahu menahu, Mahadewa. Saya hanya ditugaskan oleh ayah untuk menyerang Kerajaan Kone di sebelah Tenggara Kerajaan Polpot, besok saat matahari baru menyingsing.”
“Justru itulah! Saya tidak mau tercipta kekacauan di Planet Loam. Saya ingin kau selamat, karena itulah kau dibawa ke sini.”
“Apakah Kau akan menghancurkan Polpot?”
“Tentu saja!” Suara Mahadewa kembali menggelegar sambil menghujamkan tongkat titaniumnya ke lantai marmer singgasana yang berkilau indah.
“Tapi bagaimana dengan..”
Mereka bukan keluargamu. Kau adalah seorang anak yang diambil dari pinggir pantai. Kau diangkat sebagai anak oleh orang memalukan yang mengaku sebagai ayahmu.”
“Hah? Kenapa mereka tidak pernah mengatakannya padaku? Lalu..”
“Orangtuamu yang sebenarnya adalah sepasang kakek nenek renta di Kerajaan Kone, kerajaan yang akan kau serang esok pagi! Jika Saya tidak mencegah ini semua, ayah kandungmu akan menjadi orang pertama yang kau bunuh, disusul oleh ibumu. Kau akan menjadi anak durhaka, Jaya!”
***
Jaya berkaca-kaca. Dia tidak tahu harus berkata apa. Dia terduduk, diam, dan meraung, bergema di seluruh lorong istana emas.
“Setiap malam, orangtuamu selalu mendoakanmu. Mereka memang tidak kaya. Mereka tidak lebih miskin dari semua pemulung di Kerajaan Loam. Tapi karena doa merekalah, maka kau diselamatkan saat ini. Jika tidak karena doa mereka yang selalu meminta Saya menghapuskan dosa-dosa bejatmu, Saya tidak akan sudi mengangkat kau ke sini. Ini adalah tempat yang seharusnya terlarang bagi manusia. Saya sudah melanggar peraturan Saya sendiri karena doa tulus ayah ibumu.”
***
Tangisan Jaya Amangkurat semakin menjadi mendengarnya. Tetesan air mata Jaya terjatuh ke Planet Loam dan menjadi hujan yang segera menggenangi gurun Junub yang sangat kering di sebelah Utara Kerajaan Manana.
“Lalu, apa yang akan Kau lakukan?”
“Saya akan memusnahkan Kerajaan Polpot dari PLanet Loam. Saya tidak mau planet itu dikotori oleh perbuatan keji.”
“Tapi banyak rakyat Kerajaan Polpot yang tidak berdosa!! Bayi, anak kecil, pemuka agama, orang miskin dan renta. Apakah Kau tidak kasihan melihat mereka?”
“Saya akan lebih kasihan jika melihat mereka harus dijebloskan ke jurang api saat mereka mati nanti. Saya tidak mau mereka ikut membunuh dengan tangan mereka. Lebih baik mereka mati dan hidup di langit keenam bersama para bidadari.”
“Tapi..”
“Kau tahu apa yang selalu didoakan pertama kali oleh para orangtua di segala penjuru Kerajaan Polpot saat mereka baru membuka matanya?”
***
Jaya menggelengkan kepala
“Mereka memohon kepada Saya, agar mau memberikan yang terbaik untuk mereka, anak-anaknya, dan segenap sanak saudaranya. Dan menurut Saya, inilah yang terbaik. Itulah kekuatan doa. Yang terbaik menurut manusia, tidak selalu terbaik menurut Saya, Sang Mahadewa.”
“Baiklah, Mahadewa. Terjadilah semuanya menurut kehendakMu.”
***
Mahadewa segera menghujamkan ujung tongkat titaniumNya ke lautan di sebelah Utara, Barat, Selatan dan Timur Kerajaan Polpot. Empat gempa bumi besar segera membangunkan seluruh isi kerajaan. Kepanikan menggema di segala penjuru kerajaan. Jaya yang menyaksikannya dari langit ketujuh, hanya bisa merinding melihat kebesaran Sang Mahadewa.
Tidak sampai di situ. Tanah yang amblas di dasar lautan, segera menyebabkan perubahan tinggi muka air laut. Tsunami setinggi 50 meter. Empat tsunami raksasa dari 4 penjuru mata angin segera meratakan Kerajaan Polpot. Dalam hitungan menit, kerajaan dan seisinya hilang tidak meninggalkan jejak.
“Semua sudah selesai.”

***
Jaya mengangguk lesu.
“Apakah kau ingin bertemu kedua orangtuamu?”
“Apakah mereka mau menerima saya yang penuh dosa ini? Saya malu.”
“Tidak ada orangtua yang tidak menyayangi anaknya. Seburuk apapun anaknya, setiap orangtua pasti mau membuka pintu hatinya. Cinta mereka tulus kepadamu, Jaya.”
“Baiklah Mahadewa. Saya percaya apa yang Kau katakan.”
“Satu pesan Saya padamu. Sayangilah kedua orangtuamu. Apapun yang mereka katakan, pasti karena mereka menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Sama seperti ketika Saya menghancurkan Kerajaan Polpot, karena Saya tahu apa yang terbaik bagi makhluk ciptaan Saya.”
________________
Saya ingin kembali memperkenalkan diri.
Nama saya Jaya Amangkurat. Dan saya adalah anak dari sepasang suami istri renta yang jauh dari kekayaan materi duniawi, namun kaya akan cinta kasih dan kenikmatan langit keenam.
Saya adalah anak dari orangtua yang doanya mampu menghancurkan sebuah Kerajaan Polpot, kerajaan terbesar di Planet Loam.


Jakarta, y&c

4 comments:

annelis brilian said...

gw setuju tuh yang tentang orangtua. kemareeen banget kejadian. gw berkonflik tapi untungnya, mau sekesel apapun gw (pdhl kemaren keseeeell bgt ampe ubun2), tetep aja nggak pernah lupa kalo mereka orangtua gw. walaupun yang terbaik buat mereka gak selalu yg terbaik buat gw, tapi senggaknya, gw harus ngebahagiain mereka dulu :) nice myth jil!

gebimeidina said...

hwaa...ada nama gw. sebuah kebanggaan nama gw dipake buat karakter bidadari :p. hehe.

yup! bahkan disaat keadaan gw lagi kaya gini (lo ngerti maksud gw laahh) gw ga pernah benci sama mereka. kemarahan gw muncul justru karna gw sedih liat keadaan kaya gini. dan yang gw bisa lakukan sekarang adalah berdoa. mudah-mudahan tuhan bisa mewujudkan doa gw kaya doa orang tua jaya :p. apapun yang terbaik, terjadilah.

kenyokania said...

tadi gw lagi khusyuk bacanya ya jil, begitu liat nama bidadarinya Gebi, entah kenapa jadi kocak krn gw ngebayangin Gebi di sono. hahahahaa...

tapi gw suka ceritanya! kalo doa anak gmn jil? anak orang tua kan sama-sama manusia. *hyahahahahahaaa keluar konteks

firly curly said...

jiloo cerita yg bagus :D.. kekuatan doa ya... hmm doa orang tua emang dahsyat.. kadang2 yg terbaik menurut tuhan emang ga selalu menyenangkan untuk kita :D nicee story..hihihi tp sayang sekali Kerajaan Polpot nya kena tsunami...

Post a Comment