Terinspirasi dari Dialog Tua yang Tak Akan Usang
_________________________
Salah satu hal yang saya takutkan dalam hidup ini adalah menjadi tua renta, keriput dan tidak berdaya. Bagi saya, menjadi orang seperti ini bagai hidup segan mati tak mau.. Hidup sepertinya tinggal menghitung hari, namun waktu itu tidak kunjung datang. Hidup yang tidak pasti. Mati belum, raga masih ada, namun jiwa dan semangat seakan runtuh bersama dengan matinya sel-sel dalam tubuh.
Setidaknya mungkin itu gambaran yang saya dapatkan dari sekian banyak orang tua renta yang ada di sekitar saya. Mereka hanya bisa berdiam diri, menunggu uang pensiun, menunggu anak cucunya bersilaturahmi ke rumah di desa. Sungguh gambaran pelajaran SD yang menurut saya sangat salah kaprah. Doktrin yang tidak mendidik. Pelajaran keluarga semacam itu justru menjadikan saya sebagai orang yang membenci hari tua. Saya tidak mau jika saat saya tua, saya hanya tinggal di desa, menjadi kakek yang baik, gigi ompong, berbicara terseok-seok, berjalan menggunakan tongkat, dan melambaikan tangan di teras rumah kala anak cucu sudah kembali ke ibukota. Picisan!
Sebenarnya tidak ada dalam bayangan saya, bagaimana perjalanan hidup saya untuk sampai pada tahap kakek” itu. Kebimbangan yang ada dalam diri ditambah dengan mitos 2012, semakin memburamkan pandangan saya. Kepergian kakek saya yang terlalu cepat, membuat saya tidak mengenal figur kakek dengan baik, justru di masa dimana saya sudah mulai bisa meraba semua sudut-sudut kehidupan dengan lebih baik.
Ketakutan saya bukan hanya secara fisik. Yaaa, secara fisik memang menyeramkan, membayangkan badan seksi tidak montok ini tiba-tiba berubah peyot, kulit super kering dan bergelambir. Yang biasanya saya mampu berdiri Jatinangor-Jakarta, pada masa tua saya bahkan tidak mampu berjalan sendiri ke kamar mandi. Yang biasanya saya bisa berteriak keras dan cempreng, kemudian orang sekitar saya bahkan tidak mengerti apa yang saya katakan. Sungguh neraka dunia!
Saya tidak mau diremehkan. Mungkin itu intinya. Sekarang saja, jika saya diremehkan saya bisa memberontak. Nah jika tua nanti, pasti kan saya akan diremehkan. Dan pada saat itu, dapat dipastikan saya tidak punya daya lagi untuk memberontak! Mental saya mulai terguncang. Mulai dari keburaman masa depan sampai inti peremehan ini, semuanya seakan menjadi bom waktu. Sekarang sudah tahun 2010, saya sudah berusia 22 tahun dan harus mempersiapkan hidup ke depan lepas dari orangtua. Entah apa yang direncanakan Yang Diatas, setidaknya saya hanya ingin agar masa depan saya lebih jelas dan dapat saya lihat seperti ketika saya melihat tayangan televisi satelit. Semuanya begitu jernih dan jelas sehingga apa yang akan dituju dapat langsung tepat sasaran. Drop gak sih kalo ntar gw tua? Auk ah!
Jakarta, y&c
3 comments:
braghhh..lama bgt loadingnya. hehehee, btw, yes jil, everyone (or is it just you and me?) is afraid to get old. old where it means we won't look 'pretty' awesome (do we, now? hahaa) and energic as a human. dan taulah, muda identik dengan vitalitas tubuh dan rasa ingin tahu serta tingkat intelektual yang menjadikan orang muda tumpuan dan harapan bangsa (cahh)...
tapi, melihat dan menimbang, kita bisa kok mempertahankan energi dan vitalitas ini sampai tua. masalahnya adlaah, sanggup dan relakah kita membekali masa tua kita dengan menjalani hidup sehat skr ini? tidak harus olahraga atau brenti rokok, tapi bagaimana kita memerkaya persepsi dan menyadari adanya gap yang luar biasa antara orang muda dan tua. semoga kita bisa terus belajar hingga tua.
krn biasanya, orang tua yang kolot dan menyebalkan itu adalah mereka yang merasa paling tahu tanpa merasa adanya keharusan untuk terus belajar.
*uh oh..gajadi pengen nikah.llhaa?
gausah takut dulu jil, mending terapin kata-kata dari om ben (bukan benny simanjuntak ya :p) yg satu ini..
"If you would not be forgotten, as soon as you are dead and rotten,either write things worth reading, or do things worth writing."
(Benjamin Franklin,1787)
@kania: ahahaha sejak kapan kita oke? Berasaaa banget ya. Duhhhh lo aja yg buruan nikah, gw mah adopsi anak aja :p
@detta: gw gak ngeti apa itu katanya Oom Ben. Coba tolong ditranslate
Post a Comment