Menangis tak bersedu.
Itu yang gw lakukan tadi siang. Setelah sholat Dzuhur. Tangisan cengeng seorang anak manja. Bukan karena minta dibelikan tapi tidak dibelikan sama orangtua. Tapi karena KEPANIKAN yang luar biasa.
Target wisuda saya adalah Mei 2010. Ya tahun ini, bulan ke 5. Sekarang sudah bulan Februari, tapi saya baru mengerjakan Bab 1, dan itupun belum disidang. Mau mati gak dengernya??
Rencananya, setelah sholat Dzuhur saya mau ke kampus. Mau melihat jadwal sidang dan meminta transkrip nilai. Dan ternyata, terimakasih banyak untuk hujan, saya terhambat ke kampus. Terpaksa saya harus melamun dulu dan marah-marah di Twitter karena hujan yang menghancurkan rencana saya. Lagi panik, ditambah rencana yang hancur, makinlah saya mencaci maki hujan. Kalau saya sedang ‘normal’, jarang sekali saya sampai menangis karena hujan.
Ya sudah, hujan akhirnya reda, saya pun pergi ke kampus dengan muka menekuk. Persis seperti wanita yang sedang PMS, bahkan Mama pun kena semprot amarah saya ketika dia menevon menanyakan jadwal sidang. So sorry Mom, bukan maksud kok..
Sampai di kampus saya ke kantor jurusan. Ada jadwal sidang, tapi tidak ada nama saya. Shit! Berarti waktu seminggu ini kembali terbuang percuma, kosong tanpa ada geliat pergerakan skripsi. Makin runtuh ketika saya membaca nama ‘Kania Laksita Raras’, sahabat saya yang ternyata ada dalam jadwal sidang usmas untuk hari Kamis, 25 Februari 2010. Saya bukan tidak mau dia sidang duluan, tapi dengan kepanikan berlebihan saya, jelaslah saya langsung drop! Haduhhh..
Kemudian saya melihat secarik pengumuman terpasang di dinding. Isinya, tanggal pelaksanaan sidang skripsi dan sidang komprehensif. Disitu juga tertera dengan jelas, tanggal 22 April 2010, tanggal terakhir pendaftaran sidang kelulusan. Makin drop. Hari ini tanggal 22 Februari, daftar sidang terakhir 22 April. Berarti saya hanya mempunyai waktu tepat 2 bulan untuk menyelesaikan skripsi. Dua bulan, tapi sampai saat ini saya belum sidang usmas. Ahhhh!!
Saya buru-buru keluar dari jurusan. Masuk kesana serasa masuk ke kamar mayat. Tidak ada ‘aura’ kehidupan. Saya seperti sesak napas melihat berbagai pengumuman yang berhubungan dengan kelulusan.
Saya kemudian berkumpul dengan beberapa teman seangkatan. Disana ada juga beberapa mahasiswa yang sedang mengurus untuk usmas. Salah satunya ‘Bunga Dewi Kusuma’. Saya pun bercerita bahwa tadi saya menangis karena kepanikan berlebihan. Bunga pun menjawab, “Baru sekarang nangis? Gw mah udah dari dulu.”
Ahhh ternyata memang bukan saya saja yang merasakan ini. Merasa ada yang senasib sepenanggungan lah. Jadi lumayan enteng. Tapi tidak serta merta jadi lupa daratan juga sih..
Pulang dari kampus, saya pergi ke Jatos. Sebuah pusat perbelanjaan. Ya lumayanlah, belanja ke Superindo dan makan dengan ‘Gebi Meidina Sabartin’ dan ‘Yudha Putra Pratama’, berusaha mendistract pikiran biar tidak over panik. Gebi bilang kalo sebaiknya saya bukan menargetkan wisuda Mei. Sebaiknya pikirkan saja kelulusan sidang, kalau wisuda sih bisa kapan saja katanya.. Hmm, bener juga sih sebenernya. Tapi ya tetep aja panik!
Sampai di kosan, saya ternyata kelewatan waktu sholat Ashar. Ya mau apa lagi. Terpaksa saya hanya sholat Magrib. Sebelum sholat Magrib, saya ingat. Saya pernah diberikan sebuah buku doa oleh seorang guru ngaji mama saya. Buku doa itu pernah saya baca dulu saat saya sedang mengalami hal yang sama seperti sekarang. Panik. Tapi saat itu, saya sedang panik menghadapi pengumuman SPMB. Alhamdulilah ternyata buku itu masih saya simpan. Agak berdebu, menandakan saya jarangggg menggunakannya. Ya saya memang bukan seorang muslim yang taat. Hanya sholat saat niat. Dan niat itu datangnya 1 kali dalam seribu malam. Hehe
Selesai sholat Magrib, saya membaca buku itu. Buku setebal sekitar 35 halaman itu, harus dibaca dari awal hingga akhir. Dan itu bahasa Arab. Saya hanya membaca bahasa Arab yang ditulis dalam huruf Latin saja (saya tidak bisa membaca huruf Arab). Di dalam buku itu ada banyak doa, pagi dan petang, ada juga Shalawat Nabi. Mulut saya komat kamit terus, sampai sejam lamanya.
Di tengah-tengah doa, tiba-tiba tercium wangi bunga yang sangat kuat. Cukup lama. Dan saya merinding. Saya itu penakut, dan saya takut kalau tiba-tiba ada hantu yang datang. Bahkan jika Malaikat yang datang, mungkin saya juga bisa takut. Saya sangat penakut. Saya sempat berhenti membaca doa. Saya perhatikan dulu keadaan sekeliling kamar sambil ‘baca-baca’ (padahal saat itu saya sedang baca doa, ngapain juga takut ya, bago amat). Wangi itu bertahan cukup lama sekitar 10 menit, lalu hilang seketika.
Selesai berdoa, saya merasakan sensasi yang luar biasa. Tenang dan sangattt ringan. Kepanikan saya tiba-tiba hilang. Saya kemudian kembali merasakan sebuah manfaat doa yang luar biasa. Ajaib. Sampai saya menulis ini, hati saya masih setenang air sungai yang jernih. Tidak ada jantung yang berdebar seperti siang tadi. HEBAT!!
Semoga saja perasaan seperti ini terus berlangsung sampai saya menangis kembali. Bukan menangis seperti saat siang tadi, bukan menangis karena kepanikan, tapi menangis karena kemenangan, sebuah kelulusan.
Jatinangor, y&c