Pages

Thursday, June 24, 2010

Infatuated With Perfection

Saya tidak tahu apakah ini normal atau tidak. Tapi kecenderungan ini semakin hari semakin menjadi. Saya menjadi gila akan sebuah kesempurnaan.

Entah sejak kapan kebiasaan ini muncul. Saya rasa sejak kecil tapi saya baru menyadarinya sekarang. Seakan-akan semua yang ada di hadapan saya, semua yang saya bikin, harus sempurna, harus melalui perhitungan matang, harus simetris.

Saya bermain sebuah PC game, bernama Sim City sejak kecil, sejak PC game ini baru keluar sampai pertengahan April 2010 saat saya baru menyadari kemampuan laptop saya berkurang. Di sana, saya membangun kota saya, dengan kerumitan yang luar biasa, perhitungan yang ada di luar nalar orang biasa. Semuanya saya atur sedemikian rupa agar kota yang saya buat tampil apik, simetris, tidak ada yang ganjil (jalan buntu/ruang kosong), pokoknya sempurna! Teman saya bahkan suka menggelengkan kepala jika saya sedang menata kota saya yang keterlaluan rapinya. Game yang terlalu diseriuskan, seakan ada sebuah kompetisi internasional.

bgrn1757lTidak hanya game, bahkan dalam menulis (mengetik). Jika saya ingin menggunakan huruf yang ganda, harus enak untuk dilihat, harus sama pengulangannya jika ada kata yang hurufnya harus diulang juga. Hmmm mungkin Anda agak susah mengertinya. Begini, misalkan saya ingin menuliskan ‘Ah pengen makan’. Dan saya ingin ada penekanan pada kata ‘Ah’ dan ‘makan’-nya. Maka saya akan menuliskan ‘Ahhh pengen makannn’. Huruf ‘h’ dan ‘n’ harus sama-sama diulang 3 kali. Jika salah satu tidak sama, pasti akan segera saya edit.

Sejauh ini saya tidak merasa terganggu dengan kebiasaan bodoh ini. Hmm agak sih, setiap menulis (mengetik) saya harus menghitung kembali jumlah hurufnya, sudah sama atau belum. Tapi justru dari situlah ada kenikmatannya. Jika tidak saya cek seperti itu, rasanya seperti berdosa tujuh turunan. Hahaha

rman3694ljfa0311l

Tapi anehnya (atau mungkin untungnya juga), semua kebiasaan ini, kegila-gilaan saya pada kesempurnaan ini hanya untuk tulisan, tata letak dan beberapa hal kecil. Saya tidak begitu gila agar tubuh terlihat sempurna, ataupun kriteria pasangan. Mungkin saja jika itu terjadi, saya bisa tersiksa sendiri akan kebiasaan ini. Bagaimanapun, dalam mengerjakan apapun memang harus sesempurna mungkin. Semoga ini menjadi sebuah nilai lebih yang bisa berguna.

 

Jakarta, y&c

Tuesday, June 22, 2010

Buanglah Sampah Pada Tempatnya

trow trashPasti Anda semua pernah dong diajarkan waktu dulu di sekolah dasar. 'Buanglah sampah pada tempatnya'. Nah tempatnya apa tapi ya? Ya bisa tempat sampah, bisa pinggir jalan, bisa got, bisa sungai, bisa di mana saja. Entah kesalahan guru di SD atau memang otak yang terlampau kritis sampai saya bisa berpikiran 'setolol' itu. Haha

Anyway, ada tempat sampah baru di era teknologi internet seperti sekarang ini. Yuppp, it's Twitter!! Sebuah mini blog karyanya Obvious Corp. Twitter adalah sebuah situs mikroblog dan situs web jejaring sosial yang memberikan fasilitas bagi pengguna untuk mengirimkan ‘pembaharuan’ (atau pembaruan ya? Yahhh whatever) berupa tulisan teks dengan panjang maksimum 140 karakter. Semua yang terlintas di pikiran Anda, bisa dimuntahkan di sana. Gratis! (biasanya orang Indonesia demen nih yang gratisan). Anda cukup membuka situs ini dari PC, laptop, handphone, atau mungkin dari aplikasi penunjang untuk di smartphone Anda, ketak-ketik ketak-ketik, terbaca deh sama semua pengikut Anda.

Saya membuat akun Twitter dengan username yogicerdito sekitar setahun lalu. Sekarang, jumlah tweet saya sudah 17.480. Banyak yang bilang, kalau saya suka ngetweet sampah (‘ngetweet’ adalah bahasa populer yang digunakan untuk meng-Indonesiakan kata ‘tweeting’). Sampah karena semua pemikiran saya pos di twitter. Mulai dari baru bangun, sampai akan memejamkan mata. Memang agak tidak penting, tapi di situlah esensinya Twitter. What’s happening. Remember?!

Banyak orang kemudian beranggapan bahwa saya adalah tipe orang yang vulgar, terlalu obvious, terbuka. Salah besar jika Anda menilai karakter seseorang dari akun Twitter-nya. Mungkin untuk sebagian kalangan bisa, namun tidak untuk menilai karakter saya. Justru twitter menjadi sebuah alter ego untuk saya menumpahkan semua karakter tersembunyi saya. Saya termasuk tipe orang yang tertutup. Tertutup untuk orang-orang baru, bahkan keluarga sekalipun. Hanya kepada orang-orang tertentu saja, saya bisa blak-blakan menceritakan kehidupan pribadi. Selebihnya, saya masih harus mengumpulkan keberanian dan penilaian terhadap orang tersebut.

Twitter

Sejak masih kecil pun, ibu saya selalu bilang ke orang-orang bahwa saya adalah tipe orang yang tertutup dan hanya memendam semuanya untuk diri sendiri. Maklum, ibu saya mengambil kuliah jurusan psikologi anak, sehingga dia paham betul kondisi anaknya.

Saya sendiri juga heran, di Twitter, saya bisa menumpahkan semuanya. Sebutlah itu menjadi media saya. Media agar saya tidak menyimpan semuanya di hati. Bagi saya Twitter memanglah sebuah tempat sampah. Sampah-sampah pikiran yang mengganggu. Saya sadar, kalau saya memiliki kekurangan dalam menyampaikan sesuatu ke orang lain. Tidak bisa melalui kata-kata, saya lebih suka melalui tindakan. Nah masalahnya, tidak semua orang peka pada gesture orang lain. Mungkin inilah penyebab saya kurang lancar dalam percintaan (hiyaaa jadi cur currr). Blog juga adalah sebuah media bagi saya untuk memuntahkan semua isi hati ke dalam bentuk tulisan. Intinya adalah saya cinta internet dan semua situs yang berkenaan dengan ‘muntah’. Di sana, saya bisa melepaskan semuanya. How about you? Jangan kapok ya follow saya di Twitter.

 

Jakarta, y&c

Ini Tentang Dia

Saya ‘pernah’ punya nenek…

Berat rasanya harus menyisipkan kata ‘pernah’ di kalimat itu.

Ini adalah kisah kami.. Nenek dan cucunya

3 Juni 2010 menjadi hari paling panjang dalam hidup saya. Ketika telepon berbunyi pukul 10.30 WIB, mendadak suasana pilu menyeruak ke seantero rumah.

“Ibu sudah gak ada..”

 

Dia meninggal di Cimahi, dalam perjalanan pulang menuju Jakarta. Nenek saya kembali dari pemakaman adiknya di Sumedang yang meninggal sehari sebelumnya di Bandung.

Nenek saya memang sudah tua. 7 Agustus nanti, dia akan genap berusia 87 tahun. Karena kemampuan jantungnya menurun, dia menggunakan alat pacu jantung. Ternyata teknologi manusia pun tidak mampu menolak kehendak Tuhan Sang Maha Kuasa.

Sungguh indah dia meninggal. Tidak ada sakit yang berkepanjangan. Hanya dalam helaan napas, arwahnya telah pergi menghadap Sang Ilahi. Kalau tidak salah, dia meninggal tepat sesaat setelah buang air besar. Menurut beberapa orang, itu artinya dia telah membersihkan dirinya sendiri sebelum menghadap Sang Khalik. Allahualam..

Penantian panjang sejak berita meninggalnya. Saya mempersiapkan rumah agar layak menjadi tempat persemayamannya sebelum dikuburkan esok hari. Meja, kursi dan karpet dirapikan. Dipan tempat meletakkan jenazah segera ditata. Tenda putih dipasang di pekarangan rumah. Beberapa sanak saudara segera berdatangan ke rumah. Saya membantu ibu saya untuk menelepon keluarga dan kerabat memberitahukan kabar duka kepergian sang bunda. Orang pertama yang saya telepon adalah ayah saya yang sedang bekerja di Cilegon.

Belum ada setitik air mata pun keluar dari mata saya. Saya berusaha tegar di tengah tangisan ibu dan kakak-kakak perempuan saya. Sempat saya update twitter untuk sekedar mendapat simpati dari teman dan sahabat. Dukungan yang hanya berupa kata-kata dalam 140 karakter ternyata ampuh membunuh kesedihan saya walau sesaat.

***

Pukul 15.00 WIB, rumah sudah siap menyambut kedatangan jenazah nenek saya. Bunga mawar di pekarangan rumah mendadak rontok, seakan ikut bersedih kehilangan sosok nenek saya.

Sirine ambulans berbunyi. Trauma. Saya sangat trauma mendengar suara ambulans sejak kakek saya meninggal 8 tahun lalu. Hati terasa seperti terhujam ribuan anak panah tiada henti.

Perlahan ambulans masuk ke tempat parkir dan pintu belakang terbuka. Saya, ibu dan kakak-kakak perempuan saya telah rapi menyambutnya di belakang ambulans. Akhirnya saya tidak tahan lagi. Hancur hati ini harus melihatnya dalam keranda. Rasa sakit teramat sangat sehingga saya tidak lagi mampu membendung air mata. Saya peluk ibu saya sekencang-kencangnya. Saya takut jika tiba-tiba saya pingsan karena kepala saya mendadak pusing.

Jenazahnya cantik. Mukanya berseri dan bersinar. Cantik sekali. Banyak sekali pelayat yang datang sampai pukul 2.00 WIB dini hari. Banyak saudara yang menginap di rumah sehingga saya dan beberapa orang tidur di samping kanan-kiri jenazah.

Saya jadi teringat.. Saat kakek saya meninggal, saya suka tidur berdua nenek saya, menemaninya dalam kesendirian. Banyak sekali kisah yang kami saat menjelang tidur..

***

4 Juni 2010, jenazah akan dimakamkan di sebelah makam suaminya. Hahhh.. Mereka adalah sepasang kakek nenek yang sangattt saya sayangi.

Saat akan diberangkatkan dari rumah, ada sebuah tradisi untuk mencium jenazah. Ini adalah saat terakhir saya untuk bisa menciumnya. Untuk melihat wajahnya dan merasakan kulitnya yang sudah kaku dan dingin. Saya tidak bisa menghentikan aliran air mata yang keluar. Kepedihan yang amat sangat..

Sebelum dimakamkan, jenazah disholatkan di sebuah Masjid di dekat rumah selepas Sholat Jumat. Subhanallah, banyak sekali jemaat sholat Jumat yang ikut menyolatkan. Indah..

Selesai disholatkan, jenazah dan rombongan pelayat segera membentuk barisan. Sekitar 30 mobil berjajar segaris dengan diiringi sirine ambulans dan bantuan dari pihak kepolisian untuk mengawal. Waktu tempuh dari rumah ke pemakaman di Lebak Bulus yang biasanya butuh waktu 20 menit, bisa ditempuh hanya dalam 5 menit.

Jenazah dimasukkan ke liang kubur. Setelah dikumandangkan adzan, tanah segera dimasukkan. Dia segera hilang dari pandangan saya. Papan kayu menutupinya, tumpukan tanah segera memenuhi liang kubur. Sekali lagi saya menangis. Banyak sekali bunga mawar indah yang ditaburkan. Wangi harum mawar segera semerbak mengharumkan pekuburan. Kakek dan nenek saya telah bertemu kembali di sana. Taburan bunga yang sangat banyak seperti sebuah pesta perkawinan. Indah sekali..

***

Saya tidak berlebihan untuk mengisahkan cerita ini. Nenek saya sudah saya anggap sebagai ibu saya juga. Dia ikut merawat saya sejak baru keluar dari kandungan. Di hari tuanya, dia bahkan selalu menyisihkan sedikit uang saat saya tengah pulang ke Jakarta. “Ini lumayan buat jajan..” Sedih sekali jika saya ingat itu. Sekarang jika saya pulang ke Jakarta, tidak ada lagi sosok itu. Hanya ada kekosongan jika saya membuka kamarnya.

Seminggu setelah pemakaman, saya hendak kembali pulang ke Jatinangor. Karena sudah kebiasaan, saya mampir ke kamarnya sebelum saya pergi. Saya lupa bahwa dia sudah pergi. Saya sempat berdiri mematung karena mendapati kamar sudah kosong. Saya hanya bisa menangis sendirian di kasurnya. Sempat terbersit dalam benak saya, kenapa dia pergi secepat ini. Saya belum bisa membahagiakan dia..

Dia belum melihat saya lulus kuliah..

Lovely Grandma

Uti.. Aku kangen……

 

 

Jakarta, Y&C

Tuesday, June 1, 2010

Nasionalisme, Sebuah Rasa

Siapa yang tidak kenal Indonesia?

Globe Indonesia Blog Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.000-an pulau, terbentang di atas garis katulistiwa yang menjadikan wilayah negara ini mendapat sinar matahari sepanjang tahun, menjadi negara dengan hutan hujan tropis terbesar di dunia dengan keanekaragaman hayati terlengkap di dunia. Indonesia terletak di persimpangan jalur pelayaran dunia, menjadikan negara ini memiliki posisi yang sangat strategis. Dengan populasi lebih dari 220 juta jiwa pada tahun 2006, Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia. Indonesia sekaligus menjadi negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, meskipun negara ini bukan negara Islam.

Tidak ada negara yang meragukan kedigdayaan Indonesia. Terdapat 5 agama dan satu aliran kepercayaan yang diakui di sini, dan semua hidup berdampingan dengan damai. Tidak ada negara yang tidak mengagumi ini. Ada ratusan bahasa daerah dan suku bangsa di sini, tapi semua dapat saling berkomunikasi dengan bahasa persatuan Bahasa Indonesia. Sebaran pulau yang sedemikian banyak tidak kemudian menjadi pemecah bangsa ini, yang dulu terkenal sebagai negara maritim. Lautan telah mempersatukan semua pulau menjadi Nusantara. Indonesia menjadi contoh terbaik bagi pelaksaan demokrasi di negara berkembang. Indonesia telah sukses menggelar pemilihan umum secara langsung paling rumit sepanjang sejarah dunia.

Ekonomi Indonesia yang pada krisis ekonomi 1998 sempat terpuruk kemudian perlahan tapi pasti mulai bergerak naik. Krisis ekonomi global sama sekali tidak mengguncang perekonomian sang permata katulistiwa. Ditunjang oleh unit-unit usaha kerakyatan, pertumbuhan ekonomi Indonesia menjadi 5 besar tertinggi di dunia. Indonesia menjadi satu-satunya negara ASEAN yang masuk dalam G-20, perkumpulan 20 negara dengan perekonomian terkuat di dunia.

Di balik semua kesuksesan itu, Indonesia masih memiliki banyak pekerjaan rumah. Tidak ada gading yang tidak retak. Hutang negara mencapai Rp 1700 tiliun, adalah jumlah yang spektakuler. Masih ada jurang pemisah antara Jakarta dengan daerah. Korupsi masih merajalela. Budaya feodal masih sangat kental dijumpai di bumi pertiwi. Mental bangsa yang belum pasca 350 tahun penjajahan. Mutu pendidikan yang tidak ada tanda-tanda perbaikan semakin memperburuk keadaan sumber daya manusia Indonesia. Birokrasi yang rumit telah membuat kemajuan bangsa ini juga tidak bisa maksimal.

“Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. “

Pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang hanya menjadi sekedar tulisan. Banyak kekayaan negeri ini yang dikelola oleh pengusaha asing. Walaupun mereka hanya membantu mengelola, itu hanya sebuah kedok untuk mengeruk kekayaan tanah Indonesia yang kaya ini.

Pasal 34

(1) Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar dipelihara oleh negara.

(2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan.

(3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Mana pelaksanaanya? Masih banyak fakir miskin dan anak-anak yang terlantar di negeri ini. Masih banyak rakyat yang tidak mendapat penjaminan sosial, dilecehkan dan dicemooh. Masih banyak rakyat yang berteriak meminta fasilitas kesehatan dam fasilitas umum yang memadai dan terjangkau.

Masih banyak lagi masalah sosial yang ada di bangsa ini, baik yang terangkat ke permukaan maupun yang masih tersembunyi, atau memang sengaja disembunyikan. Belum lagi negara ini terletak di zona rawan bencana, yang sewaktu-waktu dapat menghancurkan semua proses pembangunan yang sedang berjalan.

Rakyat negara Indonesia terlalu banyak menuntut ke pemerintah. Apakah mereka kira pemerintah itu Tuhan? Pemerintah juga adalah wakil rakyat yang hanya bertugas menjaga negara ini agar berjalan tetap pada patok-patok yang sudah disepakati oleh para Founding Fathers. Semua rejeki, kesuksesan dan keberhasilan harus diusahakan sendiri oleh rakyat itu sendiri. Pemerintah hanya membantu menyediakan fasilitas yang sekiranya sesuai dengan kemampuan negara. Apakah rakyat terlalu buta untuk melihat bahwa negaranya belum memiliki kemampuan yang berlebihan seperti negara-negara maju, dimana rakyat pengangguran pun mendapat tunjangan.

Tidak ada gunanya menggembar-gemborkan kekayaan negeri jika kita tidak mampu untuk mengolahnya dengan baik. Hutan dihabiskan hanya untuk penambangan. Tanah gambut berusia jutaan tahun rusak karena ‘proyek penggendutan perut’. Sadarkah Anda, bahwa alam adalah penyedia bahan utama kebutuhan hidup. Minyak bumi yang dibuat dalam waktu jutaan tahun dapat dihabiskan hanya dalam 200 tahun. Kepunahan banyak spesies telah membuktikan bahwa alam kian rusak hanya untuk sebuah pemenuhan nafsu.

Apa gunanya 5 agama dan satu aliran kepercayaan jika manusia Indonesia masih saja merusak alam, sebuah maha karya sang Ilahi?! Apa gunanya bahasa persatuan Bahasa Indonesia jika masih banyak pelanggaran aturan tertulis di negeri ini?!

Apa gunanya sinar matahari yang berlimpah jika hanya digunakan untuk menjemur padi?! Bukannya dimanfaatkan untuk menciptakan sebuah energi alternatif yang lebih berguna bagi kemajuan teknologi.

Apa gunanya negara muslim terbesar jika masih banyak pengeboman oleh muslim?! Islam hanya mengajarkan kedamaian, bukan kekerasan.

Apa gunanya pemilihan umum langsung jika mahasiswa masih membakar ban bekas untuk mengungkapkan aspirasi mereka?! Demokrasi adalah sebuah konsep kerakyatan yang baik, bukan kebebasan yang indispliner.

indonesia

Dari kecil, saya hanya mendapat doktrin mengenai kebesaran Indonesia, tapi tidak tentang bagaimana sikap yang harus dimiliki seorang warga negara untuk terus menjaga kebesaran itu. Nasionalisme yang tumbuh hanya sebatas rasa tanpa sebuah tekad.

Tapi setidaknya, ada daftar mengenai kelebihan Indonesia dalam benak saya. Sekarang saatnya bagi saya, bagaimana caranya menambah isi daftar itu. Bagaimana menambah panjang daftar rekor-rekor kedigdayaan Indonesia, setidaknya untuk Wikipedia. Seburuk apapun rupa seekor ulat, suatu saat dia akan berubah menjadi kupu-kupu yang cantik, terbang melesat diantara bunga-bunga yang wangi dan indah.

 

Jakarta, y&c